A. Struktur Lapisan Litosfer
Litosfer adalah lapisan kulit bumi paling luar berupa batuan padat. Litosfer tersusun atas 2 lapisan yaitu kerak dan selubung yang tebalnya sekitar 50-100km. litosfer merupakan lempeng yang bergerak sehingga dapat menimbulkan pergeseran benua.
B. Batuan Pembentuk Kulit Bumi
Batuan / Batu adalah sejenis bahan yang terdiri daripada mineral dan dikelaskan menurut komposisi mineral. Pengkelasan ini dibuat dengan berdasarkan : Bagian luar bumi tertutupi oleh daratan dan lautan dimana bagian dari lautan lebih besar daripada bagian daratan. Akan tetapi karena daratan adalah bagian dari kulit bumi yang dapat kita amati langsung dengan dekat maka banyak hal-hal yang dapat pula kita ketahui dengan cepat dan jelas. Salah satu diantaranya adalah kenyataan bahwa daratan tersusun oleh beberapa jenis batuan yang berbeda satu sama lain.
Litosfer merupakan lapisan kerak bumi yang paling atas yang tersusun oleh batuan dan mineral. Induk segala batuan ialah magma. Magma adalah batuan cair dan pijar yang bersuhu tinggi dan mengandung berbagai unsur mineral dan gas. Dalam litosfer, terdapat lebih dari 2000 mineral dan hanya yang penting yaitu kuarsa, feldspar, piroksen, mika putih, biotit atau mika cokelat, amphibol, khlorit, kalsit, dolomit, olivin, bijih besi hematit, magnetit dan limonit.
Batuan pembentuk kulit bumi selalu mengalami siklus atau daur, yaitu batuan mengalami perubahan wujud dari magma, batuan beku, batuan sedimen, batuan metamorf dan kembali lagi menjadi magma. Magma yang mengalami proses pendinginan akan menjadi batuan beku. Tempat pembekuan magma dipermukaan bumi, didalam lapisan litosfer. Batuan beku tidak selamanya tetap dalam keadaan utuh. Melalui pengaruh atmosfer dan proses hidrosfer, batuan beku akan mengalami pelapukan, tererosi, terhanyut dan terendapkan disuatu tempat. Endapan hasil pengikisan dan erosi batuan beku akan menjadi batuan sedimen. Keberadaan batuan beku dan batuan sedimen tidak selalu diam. Melalui proses desakan, lipatan atau patahan terkadang batuan beku dan batuan sedimen terpindahkan kelapisan yang paling bawah maupun muncul dipermukaan (tersingkap). Jika kedua batuan tersebut mendapatkan tekanan dan suhu yang tinggi dari magma, akan berubah wujud menjadi batuan metamorf (batuan malihan).  Suatu waktu batuan malihan, batuan beku dan batuan sedimen akan tergusur dan bercampur lagi dengan magma yang masih cair sehingga melebur menjadi calon batuan beku lagi.
SIKLUS BATUAN
SIKLUS BATUAN
Petrologi adalah ilmu yang mempelajari batuan pembentuk kulit bumi, yang mencakup mengenai cara terjadinya, komposisi batuan, klasifikasi batuan, dan sejarah geologinya. Batuan merupakan bahan pembentuk kerak bumi, sehingga mengenal macam-macam dan sifat batuan adalah sangat penting. Batuan didefinisikan sebagai semua bahan yang menyusun kerak bumi dan merupakan suatu agregat (kumpulan) mineral-mineral yang telah menghablur.
1. kandungan mineral yaitu jenis-jenis mineral yang terdapat di dalam batuan ini.
2. tekstur batu, yaitu ukuran dan bentuk hablur-hablur mineral di dalam batu;
3. struktur batu, yaitu susunan hablur mineral di dalam batu.
4. proses pembentukan

Batu-batuan secara umum biasanya dibagi menurut proses yang membentuknya, dan dengan itu dipecahkan kepada tiga kumpulan yang besar yaitu:
1. Batuan igneus atau Batuan beku 
Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") yaitu batuan yang terbentuk sebagai hasil dari kumpulan mineral-mineral silikat hasil penghabluran magma yang mendingin (Walter T Huang, 1962). Batuan beku merupakan jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras. Pembekuan magma menjadi batuan beku dapat terjadi pada saat sebelum magma keluar dari dapurnya, ditengah perjalanan, dan ketika sudah berada diatas permukaan bumi. Dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel ataupun kerak bumi. Umumnya, proses pelelehan terjadi oleh salah satu dari proses-proses berikut: kenaikan temperatur, penurunan tekanan, atau perubahan komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan, sebagian besar terbentuk di bawah permukaan kerak bumi.
 Seperti telah diketahui bahwa pembekuan magma menjadi batuan beku dapat terjadi pada saat sebelum magma keluar dari dapurnya, ditengah perjalanan, dan ketika sudah berada diatas permukaan bumi. Batuan beku yang membeku sebelum magma keluar dan terjadi pada saat lapisan dalam disebut batuan plutonik, jika membeku ditengah perjalanan disebut batuan korok atau porforik. Adapun jika magma telah keluar dan membeku di permukaan bumi, disebut batuan beku luar atau efusif.
Untuk membedakan batuan beku dengan batuan lainnya terdapat tiga cirri utama, yaitu :
     a. Tidak mengandung fosil
  b. Teksturnya padat, mampat, serta strukturnya homogen dengan bidang permukaan kesemua arah sama
     c. Susunan sesuai dengan pembentukannya
       Pada batuan yang terbekukan secara plutonik, proses pendinginannya lambat sehingga dapat membentuk mineral butir kasar dan holokristalin (seluruhnya berbentuk kristalin). Adapun pembekuan dipermukaan bumi, proses pendinginan relatif sangat cepat sehingga kristal yang dihasilkan berukuran kecil (halus), bahkan tanpa kristal sama sekali.
        Tekstur batuan beku dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut :
1. Faneritik
Yaitu kondisi batuan dalam bentuk kristalin. Lebih dari separuh kristal berukuran besar dan dapat dilihat dengan mata biasa (tanpa kaca pemebesar).
2. Forfiritik
Yaitu kondisi tekstur batuan yang mengandung fenikris (ktistal besar) yang terikat dalam massa dasar yang halus.
3. Afanitik
Yaitu meninggalkan batuan dalam susunan kristal butir halus atau seluruhnya berupa benda gelas. Jarang mineral tunggal yang dapat diidentifikasi dengan mata biasa, bahkan dengan kaca pembesar sekalipun.
         .
Berdasarkan teksturnya batuan beku dibedakan menjadi 2, yaitu :
  1. Batuan beku plutonik
  2. Batuan beku vulkanik
 Perbedaan antara keduanya bisa dilihat dari besar mineral penyusun batuannya. Batuan beku plutonik umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang relatif lebih lambat sehingga mineral-mineral penyusunnya relatif besar. Contoh batuan beku plutonik ini seperti gabro, diorite, dan granit (yang sering dijadikan hiasan rumah). Sedangkan batuan beku vulkanik umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang sangat cepat (misalnya akibat letusan gunung api) sehingga mineral penyusunnya lebih kecil. Contohnya adalah basalt, andesit (yang sering dijadikan pondasi rumah), dan dacite
a. Batuan Andesit
BATUAN
b. Batuan Gabbro

c. Batuan Basalt

d. Batuan Dacite

 Batuan beku banyak dimanfaatkan untuk bahan bangunan dan pengeras jalan. Batuan beku ditambang dengan cara dipecahkan bahkan dihancurkan.
2. Batuan Endapan atau Batuan Sedimen
              
Batuan endapan atau batuan sedimen adalah salah satu dari tiga kelompok utama batuan (bersama dengan batuan beku dan batuan metamorfosis). Batuan Sedimen ini merupakan batuan yang terbentuk oleh proses geomorfologi dan dipengaruhi oleh lamanya waktu. Batuan sedimen secara umum dibedakan menjadi tiga jenis :
   a. Sedimen klastik yang terbentuk oleh proses mekanik
  Batuan sediment klastik terbentuk melalui proses pengendapan dari material-material yang mengalami proses transportasi. Besar butir dari batuan sediment klastik bervariasi dari mulai ukuran lempung sampai ukuran bongkah. Biasanya batuan tersebut menjadi batuan penyimpan hidrokarbon (reservoir rocks) atau bisa juga menjadi batuan induk sebagai penghasil hidrokarbon (source rocks). Contohnya batu konglomerat, batu pasir dan batu lempung. Mineral-mineral yang sering ditemukan dalam batuan sediment klastik antara lain adalah kuarsa, mineral lempung, mika halus, feldspar dan chert dan mineral-mineral berat seperti hematite, zircon, turmalin, epidot, garnet dan hornblende.
   Klasifikasi sediment klastik dibedakan berdasarkan atas ukuran butirnya, yaitu sebagai berikut :
  • Ludit (psepit) termasuk berbutir kasar mulai dari gravel (krikil) halus hingga bongkah (boulder) dengan ukuran diameternya 2-256mm
  • Arenit (samit) termasuk berbutir sedang, dengan ukuran diameternya 0,06-2mm, mulai dari pasir halus hingga pasir kasar.
  • Lutit (pelit) termasuk berbutir halus, ukuran diameternya 0,04-0,06mm, mulai dari lempung higga debu kasar.
Contoh sediment klastik adalah breksi, konglomerat, batu pasir, lempung, serpih dan kaolin.
   b.  Sedimen non-klastik yang terbentuk karena proses kimiawi
                   Batuan sedimen kimia terbentuk melalui proses presipitasi dari larutan. Biasanya batuan tersebut menjadi batuan pelindung (seal rocks) hidrokarbon dari migrasi. Contohnya anhidrit dan batu garam (saltMineral non klastik umumnya terbentuk oleh proses pengendapan dan larutan, reaksi kimia, atau proses biologic. Batuan sedimen ini biasanya mengandung mineral seperti kalsit, dolomit, kuarsa sekunder, gypsum dan chert.
      Sedimen non klstik dibedakan atas dasar komposisinya. Sedimen non-klastik yang utama adalah batu gamping atau dolomit. Batuan non-klstik sebagai hasil evaporit (menguap), antara lain batu garam, denhidrit, dan gypsum, sedang dari unsur organik adalah batu bara. Contoh batuan sedimen kimiawi (non-klastik) antara lain travertin, stalagmit dan stalakti.
  • Sedimen organik
  Batuan sediment organik terbentuk dari gabungan sisa-sisa makhluk hidup. Batuan ini biasanya menjadi batuan induk (source) atau batuan penyimpan (reservoir). Contohnya adalah batu gamping terumbu, batu gamping (limestone), napal batu kapur yang bercampur dengan lempung, dolomite, fosfat, guano dan batu bara.
  
Batuan sedimen terbentuk melalui tiga cara utama : pelapukan batuan lain (clastic); pengendapan (deposition) karena aktivitas biogenik; dan pengendapan (precipitation) dari larutan. Jenis batuan umum seperti batu kapur, batu pasir, dan lempung, termasuk dalam batuan endapan. Batuan endapan meliputi 75% dari permukaan bumi.
   Batuan sedimen memiliki ciri yang mudah dikenal, yaitu sebagai berikut :
  • Batuan endapan biasanya berlapis-lapis
  • Mengandung sisa-sisa jasad atau bekasnya, seperti terdapatnya cangkang binatang koral dan serat-serat kayu.
  • Adanya keseragaman yang nyata dari bagian-bagian berbentuk bulat yang menyusunnya.
               Penamaan batuan sedimen biasanya berdasarkan besar butir penyusun batuan tersebut Penamaan tersebut adalah :
    * Breksi adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih besar dari 2 mm dengan bentuk butitan yang bersudut
    * Konglomerat adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih besar dari 2 mm dengan bentuk butiran yang membudar
    * Batu pasir adalah batuan sedimen dengan ukuran butir antara 2 mm sampai 1/16 mm
    * Batu lanau adalah batuan sedimen dengan ukuran butir antara 1/16 mm sampai 1/256 mm
    * Batu lempung adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih kecil dari 1/256 mm



3. Batuan metamorfosis atau Batuan metamorf (methamorphic rock),
           
yaitu batuan yang berasal dari batuan induk yang mengalami perubahan tekstur dan komposisi mineral pada fasa padat sebagai akibat perubahan kondisi fisika tekanan, temperatur, atau tekanan dan temperatur (HGF Winkler, 1967 dan 1979). Akibat bertambahnya temperature dan/atau tekanan, batuan sebelumnya akan berubah tekstur dan strukturnya sehingga membentuk batuan baru dengan tekstur dan struktur yang baru pula. Contoh batuan tersebut adalah batu sabak atau slate yang merupakan perubahan batu lempung. Batu marmer yang merupakan perubahan dari batu gamping. Batu kuarsit yang merupakan perubahan dari batu pasir.Apabila semua batuan-batuan yang sebelumnya terpanaskan dan meleleh maka akan membentuk magma yang kemudian mengalami proses pendinginan kembali dan menjadi batuan-batuan baru lagi. salah satu kelompok utama batuan yang merupakan hasil transformasi atau ubahan dari suatu tipe batuan yang telah ada sebelumnya, protolith, oleh suatu proses yang disebut metamorfisme, yang berarti "perubahan bentuk". Protolith yang dikenai panas (lebih besar dari 150 °Celsius) dan tekanan ekstrim akan mengalami perubahan fisika dan/atau kimia yang besar. Protolith dapat berupa batuan sedimen, batuan beku, atau batuan metamorf lain yang lebih tua. Beberapa contoh batuan metamorf adalah gneis, batu sabak, batu marmer, dan skist.
                     Batuan metamorf menyusun sebagian besar dari kerak Bumi dan digolongkan berdasarkan tekstur dan dari susunan kimia dan mineral (fasies metamorf) Mereka terbentuk jauh dibawah permukaan bumi oleh tegasan yang besar dari batuan diatasnya serta tekanan dan suhu tinggi. Mereka juga terbentuk oleh intrusi batu lebur, disebut magma, ke dalam batuan padat dan terbentuk terutama pada kontak antara magma dan batuan yang bersuhu tinggi.
                     Penelitian batuan metamorf (saat ini tersingkap di permukaan bumi akibat erosi dan pengangkatan) memberikan kita informasi yang sangat berharga mengenai suhu dan tekanan yang terjadi jauh di dalam permukaan bumi.
      Dibawah ini merupakan contoh batuan metamorf :




             Kerak Bumi (termasuk litosfer) dan mantelnya terbuat dari batu. Dalam bangunan batuan biasanya dipakai pada pondasi bangunan untuk bangunan dengan ketinggian kurang dari 10 meter, batuan juga dipakai untuk memperindah fasade bangunan dengan memberikan warna dan tekstur unik dari batuan alam.

4 PRINSIP GEOGRAFI

Pada geografi merupakan dasar mengkaji dan mengungkapkan gejala geografi yang ada di permukaan bumi.

Dan secara teoritis, prinsip-prinsip geografi yaitu sebagai berikut :

1. Prinsip Penyebaran (Distribusi)

Prinsip Penyebaran dapat digunakan untuk menggambarkan gejala dan fakta-fakta geografi dalam sebuah peta serta untuk mengungkapkan hubungan antara gejala geografi yang satu dengan yang lain.

Hal tersebut disebabkan karena penyebaran gejala dan fakta geografi tidak merata, antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain.

2. Prinsip Interrelasi

Prinsip Interrelasi digunakan untuk menganalisis hubungan antara gejala fisk dan non-fisik.

Prinsip ini juga dapat mengungkap gejala atau fakta geografi di suatu wilayah tertentu.

3. Prinsip Deskripsi

Prinsip ini digunakan untuk memberikan gambaran-gambaran lebih jauh tentang gejala dan masalah geografi yang dianalisis

Prinsip ini tidak hanya menampilkan deskripsi dalam bentuk peta, tetapi juga dalam bentuk diagram, maupun tabel.

4. Prinsip Korologi

Dengan prinsip korologi dapat dianalisis gejala, fakta, dn masalah geografi yang ditinjau dari penyebaran, interrelasi, dan interaksinya dalam ruangan.

PENDEKATAN DAN RUANG LINGKUP GEOGRAFI

Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan geosfer dengan sudut pendang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan.

Secara mendasar, ruang lingkup ilmu geografi meliputi segala fenomena yang terjadi di permukaan bumi dengan berbagai variasi dan organsiasi keruangannya.

Oleh karena itu, geografi dapat memperoleh data dan fakta dimanapun dan kapanpun.

Geografi merupakan ilmu yang mempelajari interaksi antara manusia dan lingkungannya, sehingga geografi memiliki objek dan ruang lingkup kajian yang jelas.

Objek kajian geografi pada dasarnya terbagi dua, yaitu objek material berupa fenomena geosfer yang terdiri dari beberapa lapisan, yaitu litosfer, atmosfer, hidrosfer, biosferm dan antroposfer. Sedangkan objek formalnya berkaitan dengan cara pandang terhadap suatu gejala keruangan di muka bumi.

Objek formal adalah region di permukaan bumi terhadap yang memiliki karakteristik tersendiri, sehingga dapat dibedakan dengan wilayah-wilayah lain, biasanya didasarkan pada aspek alamiah dan aspek sosial.

Objek formal ilmu geografi merupakan indikator dan daya pmbda dengan ilmu-ilmulain, sedangkan ruang lingkup kajian geografi memungkinkan manusia memperolh jawaban atas pertanyaan dunia sekelilingnya yang menekankna pada aspek spesial, dan ekologis.

Bidang kajian geografi meliputi bumi, aspek dan proses yang membentuknya, hubungan kausak dan spasial manusia dengan lingkungannya, serta interaksi manusia dengan lingkungan sekitarnya.

Rhoad Murphey, dalam bukunya “The Scope of Geography”, mengemukakan 3 (tiga) pokok ruang lingkup study geografi, yaitu sebagai berikut :

1) Geografi mempelajari persebaran dan relasi umat manusia di permukaan bumi. Selain itu, juga mengkaji aspek keruangan tempat hidup manusia serta bagaimana manusia memanfaatkannya.

2) Geografi mempelajari hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan fisik )alam) sebagai bagian studi keanekaragaman wilayah.

3) Geografi mempelajari kerangka regional dan analisis dari region yang mempunai cirri khusus.

Dari uraian tersebut diatas, jelaslah bahwa ruang lingkup geografi tidak terlepas dari aspek alamiah dan aspek manusia (manusiawi)

Pengertian lingkungan pada geografi tidak hanya terbatas pada pengertian lingkungan alam, tetapi juga pada lingkungan yang dihasilkan manusia.

Bumi merupakan planet yang sangat dinamis. Jika kita dapat kembali ke waktu satu milyar tahun yang lalu atau lebih, kita akan mendapatkan sebuah planet yang permukaannya sangat jauh berbeda dengan keadaannya sekarang. Selain itu kita juga akan mendapatkan bentuk dari benua (kontinen) yang berbeda dan berada pada posisi yang berbeda dengan sekarang ini. Perubahan tersebut disebabkan oleh proses-proses yang bekerja pada bumi ini.
Proses‑proses yang merubah bentuk permukaan bumi itu dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu proses yang merusak dan membangun permukaan bumi. Proses yang pertama merupakan proses yang terjadi pada permukaan bumi yaitu proses pelapukan dan erosi. Proses tersebut walaupun berjalan sangat lambat tetapi berlangsung terus menerus, dapat menyebabkan permukaaan bumi secara perlahan menjadi rata. Sedangkan proses‑proses yang membangun permukaan bumi umumnya disebabkan oleh gaya‑gaya yang berasal dari dalam bumi seperti aktivitas gunungapi dan pernbentukan pegunungan. Proses tersebut menyebabkan permukaan bumi menjadi bertarnbah tinggi.
Hubungan antara proses‑proses tersebut dan sifat kedinamisan dari bumi ini, walaupun sudah diketahui sejak lama, tetapi belum ditemukan suatu hipotesa yang masuk akal untuk menceritakan tentang perubahan‑perubahan yang terjadi pada bumi. Sampai pada awal abad ke 20 muncullah suatu pendapat yang mengatakan tentang pemisahan atau pemekaran dari daratan (kontinen) di permukaan bumi. Setelah lebih dari 50 tahun dengan terkumpulnya data‑data yang mendukung hipotesa tersebut untuk beralih menjadi suatu teori. Teori tersebut disebut teori tektonik lempeng (plate tectonic). Teori yang akhirnya meluas tersebut merupakan sebuah model yang konprehensif tentang kegiatan yang terjadi di dalam bumi.
Model tektonik lempeng ini menyebutkan bahwa kerak bumi ini disusun oleh lempeng‑lempeng yang besar dan kaku. Lempeng‑lempeng yang menyusun kerak bumi tersebut dapat dibedakan menjadi lempeng kerak benua (continental crust), yaitu lempeng yang menyusun daratan atau benua (kontinen), dan kerak samudera (oceanic crust), yaitu lempeng yang menyusun lantai dasar samudera. Lempeng-lempeng tersebut selalu bergerak walaupun sangat lambat. Pergerakan ini disebabkan karena, adanya perbedaan distribusi panas di bawah kerak bumi (mantel bumi). Panas yang sangat tinggi yang terdapat pada tempat yang lebih dalam akan bergerak naik ke tempat yang temperatumya lebih rendah dan akan menyebar secara lateral. Penyebaran panas secara lateral inilah yang mengakibatkan bergeraknya lempeng-lempeng penyusun kerak bumi. Pergerakan dari lempeng‑lempeng kerak bumi ini menyebabkan terjadinya gempabumi, aktivitas gunungapi, dan deformasi batuan penyusun kerak bumi yang membentuk pegunungan.
Karena setiap lempeng bergerak sebagai unit yang berbeda, maka interaksi yang sangat besar terjadi pada pertemuan antara lempeng‑lempeng tersebut. Batas-batas antara lempeng‑lempeng penyusun kerak bumi merupakan jalur aktivitas gunungapi (vulkanik) dan gempa bumi. Ada tiga macam batas pertemuan lernpeng-lempeng tersebut yang dipisahkan berdasarkan jenis pergerakannya dan setiap lempeng akan dibatasi oleh kombinasi ketiga macam batas tersebut. Ke tiga macam batas pertemuan lempeng‑lempeng penyusun kerak bumi tersebut adalah (gbr 1.4):
  1. Batas divergen, zona dimana lempeng-lempeng saling memisahkan diri (saling menjauh), meninggalkan ruang diantaranya.
  2. Batas konvergen zona dimana lempeng-lempeng bergerak saling mendekati sehingga terjadi tumbukan antara keduanya. Kejadian ini dapat menyebabkan lempeng yang satu menunjam di bawah lempeng lainnya atau hanya tumbukan yang menyebabkan bagian ini akan terangkat bersama-sama.
  3. Batas transform fault, zona dimana, lempeng-lempeng bergerak saling melewati antara satu lempeng dengan lempeng lainnya (bergeseran).
Batas-batas pertemuan lempeng
Pemisahan lempeng (divergen) terutama. terjadi pada lempeng samudera (oseanik), karena lempeng ini relatif lebih tipis daripada lempeng benua (kontinen). Pada saat lempeng tersebut mengalami pemisahan, celah yang terbentuk di antara keduanya akan diisi oleh material cair yang panas yang berasal dari astenosfer. Material tersebut perlahan‑lahan akan mendingin dan membentuk potongan baru dari lantai dasar samudera.
Proses tersebut di atas, berlangsung terus menerus sehingga terjadi penambahan kerak samudera di antara lempeng‑lempeng yang bergerak saling menjauh tersebut. Mekanisme pergerakan ini disebut pemekaran lantai dasar samudera (sea floor spreading). Lantai dasar Samudera atlantik terbentuk sejak 200 juta tahun yang lalu dengan pergerakan rata‑rata sekitar 5 sentimeter setiap tahun, walaupun pergerakannya antara satu tempat dengan tempat lainnya sangat bervariasi. Pergerakan tersebut sepertinya sangat perlahan, tetapi bila dibandingkan dengan umur bumi, maka pergerakan yang hanya sekitar 5 % dari sekala waktu geologi, pembentukan Samudera atlantik tersebut relatif cepat.
Walaupun terjadi penambahan dari kerak samudera, tetapi luas dari kerak bumi relatif tetap (konstan), karena disisi lain terjadi proses penghancuran dari kerak tersebut. Proses penghancuran kerak bumi terjadi pada batas lempeng yang konvergen. Pada saat terjadi pergerakan bersama‑sarna pada batas yang konvergen ini, ujung atau tepi yang satu dari lempeng tersebut akan menunjam di bawah lempeng lainnya. Peristiwa ini terjadi apabila kerak benua bertemu dengan kerak samudera. Kerak samudera yang disusun oleh batuan yang berat jenisnya lebih besar daripada berat jenis kerak benua akan menunjam di bawah kerak benua. Zona penunjaman ini disebut zona subduksi (subduction zone). Selain itu pada pertemuan kedua lempeng tersebut akan membentuk bagian laut yang sangat dalam yang disebut palung laut.

Konsep dari siklus batuan yang dianggap sebagai kerangka dasar dalam geologi fisik, secara langsung diungkapkan oleh James Hutton. Siklus batuan memperlihatkan proses‑proses dan material yang membentuk batuan‑batuan penyusun kerak bumi. Dengan mempelajari siklus batuan berarti kita mengamati banyak hubungan antara proses‑proses geologi yang sangat bervariasi, yang mengubah satu jenis batuan menjadi jenis batuan lainnya.
Jenis batuan yang pertama yaitu batuan beku, terbentuk dari proses pendinginan hingga mengalami pembekuan dari magma. Magma merupakan material cair yang panas yang terdapat di dalam bumi. Proses pembekuan magma disebut juga kristalisasi, karena pada proses inilah terbentuknya kristal‑kristal dari mineral penyusun batuan. Proses ini dapat terbentuk baik di dalam bumi maupun di permukaan bumi bersamaan dengan aktivitas gunung api.
Jika batuan beku tersebut dan batuan‑batuan lain penyusun kerak bumi tersingkap atau muncul ke permukaan bumi, batuan‑batuan tersebut akan mengalami proses pelapukan (weathering). Proses ini disebabkan oleh pengaruh yang terus menerus dari atmosfer dan hidrosfer yang secara perlahan‑lahan merubah batuan tersebut menjadi bagian‑bagian yang kecil, dan atau komposisi kirnianya. Materialmaterial yang dihasilkan oleh proses tersebut akan mengalami pengikisan (erosi), kemudian mengalami proses pengangkutan (transportasi), dan selanjutnya mengalami proses pengendapan pada cekungan‑cekungan atau tempat‑tempat yang rendah pada permukaan bumi. Proses‑proses tersebut yang telah disebutkan dilakukan oleh agen (media) geologi yaitu gravitasi, air, angin, dan es (salju). Sedangkan material hasil dari proses‑proses tersebut disebut sedimen. Tempat‑tempat diendapkannya sedimen antara lain berupa sungai, lembah, danau dan laut. Bentuk tubuh endapannya pada umumnya mengikuti bentuk cekungan pengendapannya dan biasanya mendatar (horisontal). Setelah mengalami pengendapan, material sedimen tersebut akan mengalami proses pemadatan yaitu perubahan dari material sedimen lepas menjadi batuan dan disebut batuan sedimen. Proses perubahan tersebut disebut juga proses litifiliasi. Proses litifikasi dapat teijadi karena pembebanan oleh material yang ada di atasnya atau oleh pengisian rongga antar butiran yang disebut proses penyemenan (sementasi).
Selanjutnya apabila batuan yang sudah ada (batuan beku dan batuan sedimen) tertutup di bawah permukaan bumi, batuan tersebut dapat mengalami gaya‑gaya yang terdapat di dalam bumi yang membentuk pegunungan. Gaya‑gaya tersebut biasanya diikuti oleh perubahan temperatur dan tekanan yang besar. Akibat perubahan kondisi lingkungan tersebut maka batuan akan mengalami perubahan yang membentuk batuan ubahan atau batuan metamorf. Sedangkan proses perubahan temperatur dan tekanan yang besar sehingga membentuk batuan metamorf disebut dengan proses metamorfisme. Jika perubahan temperatur dan tekanan ini melampaui titik lebur.
About these ads


Bumi kita tersusun atas beribu jenis batuan.Baik batuan beku,sedimen,maupun metamorf.Pada artikel kali ini,saya akan memaparkan  jenis jenis batuan umum yang biasa kita jumpai,antara lain :






1.Granit



Granit mempunyai tekstur peneris dan biasanya granular. Batuan terdiri dari ortoklas yang unhedral/ mikroklin, sedikit plagioklas (albite atau oligklas) dan kwarsa yang tak berwarna atau putih dengan ebntuk yang tidak teratur. Kuarsanya mengisi ruang diantara kristal-kristal yang lain. Mineral gelap seperti biotit, hornblende, augit hanya dalam jumlah yang sedikit. Mineral accesosir lainnya contohnya adalah magnetik, hematite, turmalin dan pirit. Jika biotit adalah adalah mineral gelap yang ada maka disebut dengan granit biotit. Granit hernblande juga sering dijumpai. Granit yang banyak mengandung phanocenit disebut granit porfisris. Jenis yang lain granit olivin dan granit muskofit. Granit pada umumnya mengandung 50% ortoklas (mikrolin), 2% plagioklas (albite atau digoklas), lebih dari 20% kwarsa dan 3 – 15 % biotit.
  1. 2.      Diorit

Batuan ini bertekstur feneris, mengandung feldspar plagioklas calsiksodik dalam jumlah yang besar dengan tipe sodik yang banyak. Plagioklasnya melebihi ortoklas, kwarsa tidak ada, tetapi mengandung augit dalam jumlah sedikit. Harnbledia biasanya lebih banyak dari biotit. Diorite sangat mirip dengan gabro, tetapi diorit plagioklasnya lebih asam (sodik) daripada labradorit. Batuan dengan plagioklas yang lebih basa disebut dengan gabro. Jika banyak penokris disebut dengan porfir diorit. diorit terdiri dari kurang lebih 65% plagioklas dan 35% mineral silikat gelap seperti biotit dan augit. Mineral-mineral accesorisnya kwarsa, apotik, kalsit, klorit, granit, dan epidot. Varietas yang umum adalah diorite hornblende. Warna diorit cerah abu-abu gelap hijau keabu-abuan.
  1. 3.      Gabro

Gabro merupakan batuan basis dengan tekstur fenekris. Didalam gabro, mineral gelap jumlahnya hampir sama dengan mineral cerah, tetapi kebanyakan gabro mempunyai perbandingan yang bervariasi antara mineral gelap dan mineral terang. Mineral-mineral silikat dalam jumlah yang berarti adalah piroksin, biasanya augit dan ovilin, hornblende atau biotit ada dalam jumlah sedikit. Jika piroksin mengkristal dalam sistem ortorombis, batuannya disebut Neorit (suatu varietas dari gabro). Dalam gabro tertentu, kwarsa, garnet dan kerundum ada dalam jumlah sedikit. Batuan gabbro yang seluruhnya terdiri dari feldsfar labradorit kristalin kasar disebut anortosit.Warna dari gabro hitam, hijau, dan abu-abu gelap.
  1. 4.      Liparit

Lapirit merupakan batuan bertekstur porfiris dan umumnya berwarna putih, mineral pembentuknya feldspar, kuarsa, biotit dan mungkin juga mineral berwarna gelap.
  1. 5.      Andesit

Andesit merupakan batuan bertekstur halus dari diorite, terdiri dari feldspar terutama plagioklas, tetapi plagioklas sodik adalah tipe yang utama kwarsa tidak ada, tetapi ada mineral gelap seperti hornblende atau augit. Jika hornblende atau augit yang banyak, maka batuannya disebut dengan andesit hornblende atau andesit biotit. Warna dari andesit abu-abu hijau, tetapi sering merah atau jingga. Andesit sulit dibedakan dengan desit, latit, dan  tracit. meskipun demikian kebanyakan andesit adalah porfitis. Jika banyak penokrisnya disebut dengan porfir andesit. Jikan tanpa penokris dengan absidian. Batuapung dari komposisi andesit juga diketemukan, demikian juga tuff andesit dan breksi andesit.
  1. 6.      Basalt

Basalt merupakan klompok dari gabro tetapi berbutir halus yang mengandung mineral-mineral silikat gelap dan feldespar dalam jumlah besar. Warnanya abu-abu gelap, hijau gelap, ciklat dan hitam. Dalam basalt, augit dan olivin banyak tetapi hornblende dan biotit jarang atau tidak sama sekali. Vatietas basalt yang mengandung kristal feldespar yang panjang yang kedudukannya sekarang dan berasosiasi dengan augit disebut dengan diabas. Basalt biasanya mengandung 50% plagioklas, 30% augit dan 10% olivin. Basalt biasanya mempunyai tekstur butur halus dan batuannya berat. Jika penokrisnya banyak disebut dengan porfir basalt.
  1. 7.      Dasit

Dasit merupakan batuan yang memiliki ciri-ciri berwarna abu-abu terang, mineral plagioklas berbutir kasar dalam masa dasar lebih halus. Dasit mengandung 15-20% kwarsa, kurang lebih 60% feldaspar dan 10-20% biotit atau hornblande. Mineral silikat ada dalam jumlah sedikit. Misalnya biotit, hornblende, dan augit. Jika panerisnya plagioklas atau kwarsa banyak, disebut dengan porfir dan dasit. Masa dasar dari batuan ini biasanya berbutir halus, tetapi dapat juga secara gradual menjadi glass.
  1. 8.      Skoria

Skoria merupakan batuan yang terbentuk jika air dan gelombang-gelombang gas lainnya keluar melalui lava yang mampat (stiff lava), yang luabang-lubangnya lebih besar kalau dibandingkan dengan purnice. Warna skoria coklat kemerahan sampai abu-abu gelap dan hitam.
  1. 9.      Obsidian

Merupakan gelas volkanik dengan kilat seperti kaca terang dan pecahan konkoidal yang bagus. Warnanya umumnya hitam, tetapi warna lain seperti merah, coklat dan abu-abu. Wara ini tidak menunjukan tentang komposisinya. Warna kebanyakan disebabkan oleh partikel seperti debu dari magnetik atau hematite. Kebanyakan obsidian mempunyai berat jenis 2,4. Obsidian terbentuk sebagai hasil pendinginan yang terlau cepat dari magma ekstrusif, selain itu dapat juga dari hasil suatu magma yang viskus. Obsidian mempunyai komposisi yang sebanding dengan batuanfanerik lainnya. Karena batuan “glassy” tidak dapat diidentifikasi dengan mata biasa karena tak ada kristalnya, analisis khemis diperlukan untuk menentukan komposisi yang tepat, meskipun kebanyakan obsidian sebanding dengan granit dalam komposisinya.
  1. 10.  Batu Apung

Batuapung adalah jenis batuan yang berwarna terang, mengandung buih yang terbuat dari gelembung pendingin gelas dan biasanya disebut juga batuan gelas volkanik silikat. Batuan ini terbentuk dari magma asam oleg aksi letusan gunung api yang mengeluarkan meterialnya ke udara, kemudian mengalami transfortasi secar horizontal terakumulasi sebagai batuan piroklastis. Batuapung mempunyai sifat vesikular yang tinggi, mengandung jumlah sel yang banyak akibat ekspansi buih gasalah yang terkandung didalamnya dan pada umumnya terdapat sebagai bahan lepas atau fragmen-fragmen dalam breksi gunungapi. Sedangkan mineral yang terdapat didalam batu apung adalah feldspar, kuarsa, obsidian, kristobalit dan tridimit.

  1. 11.  Breksi

Breksi merupakan bagian yang halus dari batuan bersama dengan pengikat, mengeras menjadi massa batuan. Pengikat berasal dari konglomerat/breksi sendiri karena adanya pelarutan atau pengendapan kembali material batuan, yang biasanya terdiri dari calcite, silikat, dan oksida besi. Matrik dapat berupa quartz, feldspar atau clay.
  1. 12.  Konglomerat

Konglomerat merupakan batuan sedimen klastis yang tersusun dari fragmen yang memnulat dan berdiameter >2mm, sedangkan breksi tersusun dari fragmen yang menyudut. Kebanyakan fragmen pada breksi atau konglomerat adalah cusrtzite, vein, cuartz, chert, rhyolite dan batugaping.
  1. 13.  Batu Pasir

Batu pasir tersusun dari fragmen berukuran 2mm. Butir-butir pasir tersusun atas mineral quartz, chert, feldspar partikel batuan dan kadang-kadang calcite atau dolmite. Batu pasir dapat dibedakan menjadi 3 tipe yaitu orthoquartazite, arkosa dan greywacke yang masing-masing mengandung quartz, feldspar dan partikel batuan.
  1. Batuan pasir yang terutama tersusun dari quartz yang disebut puresandstone, jika pengikatnya silikat Calcareous sandston dan batu pasir yang pengikatnya material karbonat yaitu Calcite atau Dolmite. Agrilaceous Sandston adalah batu pasir yang pengikatnya matrik yang sangat halus dan liat. Bila lebih dari 95% terdiri dari butir quartz dan pengikatnya bukan silikat disebut quatzstone sandstone, sedangkan jika pengikatnya silikat disebut quartzitic sanstone.
  2. Graywackes berisi fragmen batuan, biasanya biasanya berukuran besar dan mengalami sortasi berisi matriks yang halus (>15%), terdiri dari mineral clay, chlorite, sericite, hometite dan chert. Greenstone atau schist atau mineral gelap seperti = auggite, serprntine, hornblende, dan bijih besi. Biasanya pengikat pada greywacke berupa :  silty, muddy atau calcareous., penyusun utama greymacke ialah : quartz ( 20 070%), feldspar (> 50%) dan batuan (>20%). Pelapisamn pada greywacke bervariasi, ada yang masif, terutama yang berbutir kasar, tetapi sering didapatkan lapisan yang tipis pada batuan yang hulus. Jarang didapat cross bedding, hampir selalu ada ripple merk, jarang didapat fosil.
  3. c.                            Arkosa” merupakan batuan pasir yang mengandung feldspart + 20 – 30 % yang berasal dari batuan beku asam. Pada arkosa, feldspar tidak lebih dari 50 % . biasanya potash dan sedafeldspar lebih banyak dari feldspar. Quartz merupakan mineral klastis yang paling utama, sedangkan feldspar yang kedua, muscovite dan biotite ada dalam jumlah kecil. Arkose biasanya terikat bersama dengan calcite, oksida besi, mineral clay, sedang silikat jarang didapat. Umumnya arkosa berwarna ”light pink – pinkish – gray, karena adanya feldspar. Partikel pada arkosa kadang-kadang berbutir kasar, menyudut sampai agak membulat dan mengalami sortasi yang baik. pelapisan pada arkosa umumnya kurang, sering terjadi cross badding yang jelas.

  1. 14.  Tufa Gelas

Tufa Gelas merupakan batuan piroklastik yang disusun oleh material hasil gunung api yang banyak mengandung debu vulkanik dan mineral gelas, dengan warna putih kekurangan, abu-abu dan kuning kecoklatan. Kegunaan digunakan sebagai timbunan.
  1. 15.  Batu Gaping

Batu Gapingmerupakan batuan carbonat yang paling banyak terdapat, demngan kenampakan textur aphanitik sampai phanero-cristalin. Warna putih keabu-abuan, abu-abu, abu-abu gelap, hitam, kuning, coklat, dan lainnya oleh adanya kotoran-kotoran, oksid besi dan zat-zat organik. Limestone berbutir mulus, pecahannya conchoidal. Bila ditetesi HCL memercik/berbuih. Mudah larut terutama dalam air yang mengandung CO2 sehingga terjadi lubang-lubang, celah-celah, diaklas- diaklas dan lainnya. tebal dapat dari beberpa centimeter sampai beberapa ratus meter. Beberapa limestone seluruhnya dapat terdiri dari butir-butir calcit. Keras dari limestone sangat berbeda-beda, ada yang keras dan ada yang lunak, agak keras, dan sebaginya, tergantung dari texturnya. Selama proses pelapukan dari limestone, calcium carbonatnya dapat terlarut, dan yang tertinggal adalah kotoran-kotorannya, yang kemudian dapat terkonsentrasi dan membentuk clay atau loams yang berwarna merah atau kuning, oleh aksidasi dari mineral-mineral oksida besi.
  1. 16.  Travertin

Calcium carbonat tidak larut dalam air murni, tetapi bila aornya mengandung CO2 maka calcium carbonat itu mudah berubah menjadi biocarbonat. Jadi dibawah tekanan atmosfer, air yang banyak mengandung CO2 secara perlahan-lahan melarutkan calcium carbonat, terutama bila air tersebut berasal dari tempat yang dalam dengan tekanan yang lebih besar dan kandungan CO2 nya lebih banyak, maka daya melarutkan lebih tinggi. Bila larutan tersebut mencapai permukaan bumi dibawah tekanan atmosfer, calcium carbonatnya segera diendapkan oleh proses evaporasi, dan proses ini dapat dipercepat oleh adanya kegiatan dari tumbuh-tumbuhan (algae). Calcum carbonat yang doiendapkan di mulut/lubang mata air  itu disebut travertine. Pada gua-gua kapur, terjadi pula pengendapan dari calcium carbonat oleh tetesan-tetesan air secara perlahan-lahan yang terdiri dari kristal-kristal halus dan kompak, yang disebut dengan dripstone. Warna putih, kuning, atau cokelat. Struktur fibrous atau konsentris. Yang tumbuh dari bawah disebut stalagnite.
  1. 17.  Serpin

Serpin berasal dari lumpur yang mengendap. Terdiri dari butiran-butiran batu lempung atau tanah liat, pada umumnya sepertiga terdiri atas kuarsa, sepertiga bahan tanah, sepertiga bahan lain termasuk karbonat, besi oksida, feldspar, dan zat organik. Berwarna abu-abu kehijauan, merah, atau kuning. Dimanfaatkan sebagi bahan bangunan. Berasal dari endapan hasil pelapukan batuan tanah liat.
  1. 18.  Sekismika

Sekismika dihasilkan oleh metamorfosa regional dengan tingkat lebih tinggi dibandingkan phyllite, mempunyai foliasi dan kristalin. Ummnya berbutir lebih kasar dari slate dan phyllite tetapi lebih halus dari gneias. Foliasi tersebut terbentuk oleh kristal-kristal berbentuk lempeng (play) dan kristal-kristal prismatik. Mineral-mineral berbentuk lempengan tersebut antara lain : chlorite, sericite, muscovite, biotite, dan tolc, sedangkan mineral-mineral prismatik adalah actinolite, kyanite, hornblede, staurolite, dan silimanite. Kadang-kadang schist hanya terdiri dari satu macam mineral saja, contohnya talc schist, tetapi pada umumnya terdiri dari dua atau lebih mineral seperti calcite -  sericalcite – albite schist. Sekis sering mengandung mineral-mineral yang bersifat antara lempengan dan pragmatik (flaky nor prismatic), tetapi equigracular seperti misalnya : garnet dan feldspar, yang biasanya bertekstur porphyroblastic. Batuan-batuan scihist dapat pula berasal dari gabbro, basalt, ultrabasin, tuff, shale dan sandstone. Jika beberapa “ teksture asli batuan asal” masih ada, akibat tekanan yang kuat, maka batuan disebut, metabasalt, metagabbro dan sebagainya.
  1. 19.  Genes

Ganes adalah batuan matemorf dengan kristal-kristal yang kasar, biasanya berlapis-lapis akibat pemisahan mineral-mineral yang berbeda sehingga membentuk foliasi sekunder yang kasar. Terbentuk pada tempat yang dalam dan pada tingkat metamorfise, yang tinggi bersama-sama dengan struktur pegunungan lipatan. Pada prinsipnya gneiss berasal dari batuan beku silllicaous seperti granit, monozit kwarsa, syenite, dan granodiorit, tetapi dapat juga dari rhyolit, tuff, arkosa dan batu pasir feldspatik. Mineral-mineral utama pada gneis adalah kwarsa dan feldspat, sedangkan mineral-mineral yang lain adalah, biotite, horblende dan augite. Warna bervariasi tergantung pada warna mineral dominan yang ada. Pelapisan disini dihasilkan oleh pergantian warna-warna mineral yang terang dan gelap atau oleh perbedaan ukuran butir dengan pelapisan yang tebal dan kasar ataupun tipis. Sering mengandung mineral-mineral metamorf yang lain seperti garnet, epidot, tournaline, graphite, dan silimanite. Jika batuan beku (sebagian bahn induknya) adalah sari batuan mafic tertentu, mungkin greiss tersebut dapat berkembang manjadi serpentine olivin, augite, horblede dan biotite. Jika bahan beku (sebagian bahan induknya) dapat dikenal maka nama batuan dapat ditentukan seperti misalnya : gabbro gneiss, syenite gneiss ataupun granite gneiss. Gneiss yang berasal dari batuan sedimen, contohnya : quatzite gneiss conglomerate gneiss, politic gneiss (dari sedimen clay) dan calc gueniss (dari cilliceous limetone dan dolomite) gneiss yang berbentuk oleh penerobosan mineral-mineral batuan beku kedalam folisasi akan menghasilkan campuran batuan dalam bentuk dike yang tipis dari material-material quartzfeldspathic. Ini disebut “injection” gneiss. Batuan ini tersebar luas dan mungkin menempati bagian terbesar dari tipe gneiss lainnya.
  1. 20.  Filit

Filit berkaitan dengan perkembangan aktivitas metamorfik yaitu baliknya temperatur atau bertambah besarnya rekristalisasi maka slate berubah menjadi filit. Filit secara dominan tersusun dari mineral-mineral kelompok mika seperti: mika, maricite, dan chlorite. Batuan ini lebih kasar daripada slate, tetapi ada batas yang tegas antara keduanya baik dalam hal ukuran butir  maupun kandungan mineralnya. Mineral-mineral seperti muscovit, mika, sericite, dan cholite terdapat dalam jumlah yang besar. Mineral-mineral asesore dalam jumlah yang sedikit antara lain megnetit, hematit, graphite, dan tourmaline. Filit disebut pula sericite phllite, chlorite phyllite atau sericite phyllite. Warna dari putih perak, merah sampai kehijau-hijauan. Sifat dalam (tenacery) : brittle dan sering mempunyai pegangan halus hingga agak kasar. Filit dihasilkan oleh metamorfose regional tingkat rendah terutama dari mineral clay, shall, dan juga tuff dan tuffacous sedimen.

  1. 21.  Sabak

Sabak merupakan batuan berbutir halus dan homogen, mempunyai achistosity planar, tergantung pada pelapisannya. Oleh karena itu biasanya mempunyai beberapa sudut untuk masing-masing perlapisan sehingga batuan menjadi balah/rekah kedalam lapisan yang tipis. Sabak merupakan salah satu istilah struktur dan tidak ada kaitannya dengan komposisinya. Perlapisan asli dari slate masihg dapat terlihat, apabila berasal dari abtuan beku basalt seperti struktur amigdoloidal. Sabak berbutir sangat halus dan hanya dapat dideterminasi dengan mikroskop. Hanya sedikit mineral sabak yang berbutir kasar seperti: kwarsa, feldspar, cholorite, biotite, magnetite, hematite, kalsit, dan ineral-mineral yang terdapat pada batuan shale.  Warna yang ditimbulakan dari warna merah, hijau, abu-abu, hingga hitam. Warna merah karena ada mineral yang hemalit, hijau karena ada mineral cholorite. Warna abu-abu karena adanya mineral-mineral dari karbon dan bahan-bahan organik seperti grafit. Sabak yang berasal dari batu pasir “ graywacke” disebut “ graywacke slate”.
  1. 22.  Kuarsit

Kuarsit adalah metamorfose dari batuan pasir, jika strukturnya tak mengalami perubahan dan masih menunjukan struktur aslinya. Kuarsit terbentuk akibat panas yang tinggi sehingga menyebabkan rekristalisasi kwarsa dan felsdpar. Akibat tekanan pada kwarsit dapat mengakibatkan hancurnya kwarsit tersebut dan menghasilkan tekstur granoblastik. Kuarsit sangat keras karena adanya sementasi  sirikat (biasanya kwasa kristalin) yang terendapkan disekitar butir-butir kuarsa yang lebih besar, sehingga menghasilkan ikatan butir yang sangat kuat. Mineral lain yang dijumpai dalam kuarsit adalah: apatite, zircon, epidote, dan hornblede. Kuarsit dapat berbentuk akibat metamorfisme kontak atau metamorfis regional dari pada panas dan tekanan terhadap batu pasir, chert, vien kuarsit, dan kuarsit pigmatit. Sering berlapis-lapis dan dapat mengandung fosil. Warna dari kuarsit bervariasi dari putih, coklat hingga mendekati hitam. Adanya hematit memberikan warna merah muda (pink) sedangkan chlori memberikan warna kehijau-hijauan.
  1. 23.  Marmer

Marmer adalah metamorfisme dari batuan kapur, baik itu batu kapur kalsit maupun batu kapur dolomit. Terbentuknya terutama disebabkan oleh reksistelisasi calsit. (dolomit) yang biasanya berbutir lebih kasar daripada batu kapur aslinya. Marmer yang terbentuk oleh dolomitc disebut marmer dolomit (dolomitic marble). Akibat proses metamorfos dan rekristalisasi, pelapisan sering meliuk atau bahkan tidak terlihat sama sekali. Umumnya marmer danmarmer dolomit terbentuk oleh metamorfisme kontak atau regional dan dijumpai bersama-sama dengan phyllite, slate, schist, dan metakwarsa. Struktur batu kapur sangat bervariasi dari yang berbutir  sangat halus hingga berbutir sangat kasar. Pada tipe-tipe metamorfose kontak ditunjukan dari adanya orientasi kristal-kristal yang memanjang sebagai hasil tekanan yang searah. Meneral-mineral aksesor pada marmer  banyak macamnya antara lain: tremolit, forserite, periclose, diopside, wollastonite, brucite, spincl, felspar, dan garnet, yang kesemuanya ini tergantung pada macam material batuan asalnya. Warna yang ditimbulakn mulai dari cerah atau putih apabila terdiri dari kalsit dan dolomit, tetapi bisa berwarna kelabu, merah, coklat atau kombinasi warna tergantung pada mineral-mineral aksesornya. Contoh-contoh batuan marmer yakni: breccia marble, tremolite marble, graphite marble, talcose marble, phlogopite marble.

Sebenarnya masih banyak sekali batuan yang menyusun bumi , nanti bakal aku muat di next artikel batuan.skarang segini dulu.semoga beguna buat anda :D

Permukaan bumi tidak rata
Mulanya kita semua beranggapan bahwa muka bumi ini datar. Tapi ternyata seiring berjalannya waktu kita sadar bahwa permukaan bumi ini lengkung, berbentuk bola. Lalu pertanyaan kembali muncul, Di permukaan bumi sendiri, ada bagian tinggi (gunung, bukit dll), ada pula bagian rendah (danau, laut dll) ? Kenapa ya ?

Ternyata para ilmuwan punya jawaban yang beragam tentang hal ini, di antaranya :
1. Teori kontraksi (Contraction theory)
Teori ini dikemukakan pertama kali oleh Descrates (1596-1650). Ia menyatakan bahwa bumi semakin lama semakin susut dan mengkerut yang disebabkan oleh terjadinya proses pendinginan, sehingga di bagian permukaannya terbentuk relief berupa gunung, lembah, dan dataran. Teori kontraksi didukung pula oleh James Dana (1847) dan Elie de Baumant (1852). Mereka berpendapat bahwa bumi mengalami pengerutan karena terjadi proses pendinginan di bagian dalam bumi yang mengakibatkan bagian permukaan bumi mengerut membentuk pegunungan dan lembah-lembah.
2. Teori dua benua (Laurasia-Gondwana theory)
Teori ini menyatakan bahwa pada awalnya bumi terdiri atas dua benua yang sangat besar, yaitu Laurasia di sekitar kutub utara dan Gondwana di sekitar kutub selatan bumi. Kedua benua tersebut kemudian bergerak perlahan ke arah equator bumi, sehingga akhirnya terpecah-pecah menjadi benua benua yang lebih kecil. Laurasia terpecah menjadi Asia, Eropa dan Amerika Utara, sedangkan Gondwana terpecah menjadi Afrika, Australia dan Amerika Selatan. Teori Laurasia-Gondwana kali pertama dikemukakan oleh Edward Zuess pada 1884.
3. Teori pengapungan benua (Continental drift theory)
Teori pengapungan benua dikemukakan oleh Alfred Wegener pada 1912. Ia menyatakan bahwa pada awalnya di bumi hanya ada satu benua maha besar yang disebut Pangea. Menurutnya benua tersebut kemudian terpecahpecah dan terus bergerak melalui dasar laut. Gerakan rotasi bumi yang sentripugal, mengakibatkan pecahan benua tersebut bergerak ke arah barat menuju equator. Teori ini didukung oleh bukti-bukti berupa kesamaan garis pantai Afrika bagian barat dengan Amerika Selatan bagian timur, serta adanya kesamaan batuan dan fosil pada kedua daerah tersebut.
4. Teori konveksi (Convection theory)
Menurut teori konveksi yang dikemukakan oleh Arthur Holmes dan Harry H. Hess dan dikembangkan lebih lanjut oleh Robert Diesz, menyatakan bahwa di dalam bumi yang masih dalam keadaan panas dan berpijar terjadi arus konveksi ke arah lapisan kulit bumi yang berada di atasnya, sehingga ketika arus konveksi yang membawa materi berupa lava sampai ke permukaan bumi di mid oceanic ridge (punggung tengah samudera), lava tersebut akan membeku membentuk lapisan kulit bumi yang baru menggeser dan menggantikan kulit bumi yang lebih tua. Bukti kebenaran teori konveksi adalah terdapatnya tanggul dasar samudera (Mid Oceanic Ridge), seperti Mid Atlantic Ridge dan Pasific-Atlantic Ridge. Bukti lainnya didasarkan pada penelitian umur dasar laut yang membuktikan bahwa semakin jauh dari punggung tengah samudera, umur batuan semakin tua. Artinya terdapat gerakan yang berasal dari Mid Oceanic Ridge ke arah berlawanan yang disebabkan oleh adanya arus konveksi dari lapisan di bawah kulit bumi.
5. Teori lempeng tektonik (Plate Tectonic theory)
Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa planet bumi terdiri atas sejumlah lapisan. Lapisan bagian atas bumi merupakan bagian yang tegar dan kaku berada pada suatu lapisan yang plastik atau cair. Hal ini mengakibatkan lapisan permukaaan bumi bagian atas menjadi tidak stabil dan selalu bergerak sesuai dengan gerakan yang berada di bawahnya. Keadaan inilah yang melatarbelakangi lahirnya teori Lempeng Tektonik. Lahirnya teori lempeng tektonik (tectonic Plate theory) pada tahun 1968 merupakan kenyataan mutakhir dalam geologi yang menunjukkan terjadinya evolusi bentuk permukaan bumi. Teori lempeng tektonik dikemukakan oleh Tozo Wilso. Berdasarkan teori ini, kulit bumi atau litosfer terdiri atas beberapa lempeng tektonik yang berada di atas lapisan astenosfer, Lempeng-lempeng tektonik pembentuk kulit bumi selalu bergerak karena pengaruh arus konveksi yang terjadi pada lapisan astenosfer yang berada di bawah lempeng tektonik kulit bumi. Litosfer sebagai lapisan paling luar dari badan bumi, bagaikan kulit ari pada kulit manusia dan merupakan lapisan kerak bumi yang tipis. Prinsip teori tektonik lempeng adalah kulit bumi terdiri atas lempeng-lempeng yang kaku dengan bentuk tidak beraturan. Dinamakan lempeng karena bagian litosfer mempunyai ukuran yang besar di kedua dimensi horizontal (panjang dan lebar), tetapi berukuran kecil pada arah vertikal (ketebalan). Bandingkan dengan daun meja, daun pintu, atau lantai di kelas kalian! Lempeng ini terdiri atas lempeng benua (tebal sekitar 40 km) dan lempeng samudera (tebal sekitar 10 km). Kedua lempeng tersebut berada di atas lapisan astenosfer dengan kecepatan rata-rata 10 cm/tahun atau 100 km/10 juta tahun. Astenosfer merupakan suatu lapisan yang cair (kental) dan sangat panas. Panasnya cairan astenosfer senantiasa memberikan kekuatan besar dari dalam bumi untuk menggerakkan lempeng-lempeng secara tidak beraturan. Kekuatan ini dinamakan tenaga endogen yang telah menghasilkan berbagai bentuk di permukaan bumi. Di bumi ini litosfer terpecah-pecah menjadi sekitar 12 lempeng. Teori lempeng tektonik banyak didukung oleh fakta ilmiah, terutama dari data penelitian geologi, geologi kelautan, kemagnetan purba, kegempaan, pendugaan paleontologi, dan pemboran laut dalam. Lahirnya teori lempeng tektonik sebenarnya merupakan jalinan dari berbagai konsep dan teori lama seperti Teori Apungan Benua, Teori Arus Konveksi, Teori Pemekaran Lantai samudera, dan Teori Sesar Mendatar, sebagaimana telah dijelaskan pada teori-teori di atas. Berdasarkan kajian para ahli, lempeng tektonik yang tersebar di permukaan bumi.Lempeng-lempeng tersebut selalu bergerak dan mendesak satu sama lain. Lempeng tektonik bagian atas disebut lempeng samudera, sedangkan lempeng tektonik pada bagian atas terdapat masa kontinen disebut lempeng benua. 

BUKTI PERGERAKAN LEMPENG :
  • Keserupaan garis pantai benua-benua yang dipisahkan Samudra Atlantik
Keserupaan garis pantai barat Afrika dan timur Amerika Selatan

  • Bukti Paleoiklim
Bukti bahwa beberapa bagian lempeng pernah memiliki iklim yang sama

  • Bukti Paleontologi
Bukti bahwa beberapa bagian lempeng memiliki fauna yang sama

JENIS - JENIS PERTEMUAN LEMPENG

Konvergen : Gerakan antar lempeng di mana keduanya saling bertumbukan, dibedakan menjadi :
Tumbukan antara lempeng India dan Eurasia
Zona Kolisi
Gerakan antara lempeng benua dan lempeng benua yang saling bertumbukan. contohnya : Tumbukan antara lempeng Eurasia dan lempeng Hindia di India, membentuk Pegunungan Himalaya.
Tumbukan antara lempeng Eurasia dan Pasifik
Zona Susduksi
Gerakan antara lempeng benua dan lempeng samudra yang saling berhubungan. contohnya : Tumbukan antara lempeng Pasifik dan lempeng Eurasia di Jepang, membuat negara ini penuh dengan aktivitas vulkanik dan aktivitas gempabumi.
Divergen : Gerakan antar lempeng di mana keduanya saling menjauh, dibedakan menjadi :
  • Gerakan menjauh antara lempeng benua dan lempeng benua, contoh di bagian Timur benua Afrika.
  • Gerakan menjauh antara lempeng samudra dan lempeng samudra, contoh di tengah Samudra Pasifik yang membentuk Punggungan Tengah Samudra (Mid Oceanic Ridge).
Copyright © 2012 Kumpulan Geografi .